keajaiban-seorang-muazin-mesjid-apung.
Seorang Muazin di Masjid Apung Palu, Rahman menyaksikan dan merasakan langsung detik-detik gempa dan tsunami Palu.
Saat Muazin Masjid Apung Palu itu bersiap mengumandangkan azan, guncangan gempa Palu pun melanda.
Saat itu, jumlah jamaah di Masjid Apung Palu kurang dari 10 orang.
Tak lama, air laut pun naik, lalu menghantam Masjid Apung Palu.
Masjid Apung Palu yang ditopang tiang penyangga pun runtuh ke bawah.
Rahman mengaku, jamaah terlihat panik karena air laut masuk ke dalam masjid.
Sementara itu, jembatan yang menghubungkan pesisir pantai dan Masjid Apung Palu pun ikut rubuh, sesaat setelah imam masjid berlari membawa anaknya ke daratan.
Di sisi lain, jamaah lain terjebak di dalam masjid.
"Saat itu beberapa jemaah gak bisa melarikan diri, mereka jatuh di bawah air laut saking derasnya, hingga saat itu saya seorang diri di masjid. Saat itu saya lihat gelombang air laut itu sudah besar," kata Rahman, muazin Masjid Apung Palu, dikutip dari akun Youtube Video Star.
Melihat ombak air laut semakin tinggi, muazin Masjid Apung Palu pun berdoa dan berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
Kemudian air semakin dekat, saya tutup dengan La Ilaha ilallah, dipukullah masjid ini dengan air laut. Saya terlempar dengan kaca-kaca sehingga leher saya terkena kaca lumayan sangat dalam," kata Rahman.
Muazin Masjid Apung Palu itu masih sadar saat berada di dalam lautan.
Tubuhnya tergulung ombak disertai besi dan beton masjid.
"Saya tidak pingsan. Saya amalkan terus La Ilaha Ilallah (berdzikir) walaupun saya sudah dilipat-lipat oleh air," ujar Rahman.
Namun, nafas Rahman mulai sesak karena menelan banyak pasir dan lumpur.
Muazin Masjid Apung Palu itu langsung teringat orangtuanya.
Ia pun berdoa, jika takdir kehidupan dunianya harus berakhir, Rahman meminta jasadnya untuk tak dijauhkan dari Masjid Apung Palu itu.
Tiba-tiba saya berada di ujung sana (sambil menunjuk ke arah lautan), tiba-tiba airnya tenang," ujarnya.
Namun, di di lokasi dekat tempatnya berdiri saat diwawancara itu, air laut berputar kencang.
Pada putaran air laut itu terlihat besi dan beton masjid juga tergulung di dalamnya.
Saat itu, muazin Masjid Apung Palu itu melihat dari kedalaman air yang mencapai lehernya.
"Saya lari dalam air, posisi saya enggak pakai sarung lagi. Cuma enggak tahu bagaimana tiba-tiba di jendela itu ada satu baju, baju itu sperti dikasih, saya ambil lalu tutup bagian tubuh saya," ujarnya.
Di sana, Rahman melihat sudah tidak orang satu pun yang terlihat.
Ia kemudian berlari kencang ke daratan karena melihat air laut yang berbusa-busa.
Saya lari sampai di Unisa Palu, ikutlah air laut merobohkan bangunan-bangunan lagi," kata Rahman.