AL China Punya Kelemahan Fatal, Ini Bisa Jadi Kesempatan Indonesia untuk Kuliti Tiongkok di Natuna Utara
Meski terlihat sangat gahar dan perkasa, rupanya armada Angkatan Laut China memiliki kelemahan yang sangat fatal.
Ini tentu bisa jadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia untuk bisa menjegal Angkatan Laut China yang makin seenaknya di kawasan Laut Nautuna Utara.
Hingga kini, tingkah laku China memang masih meresahkan Indonesia.
Kekuatan armada laut yang dimilikinya membuatnya makin semena-mena dan makin getol ingin menyaplok kawasan Laut Natuna Utara.
Meski memiliki armada kapal perang terbesar di dunia, namun angkatan laut China masih memiliki kelemahan fatal, yakni minimnya pangkalan militer di luar negeri.
Dengan lebih dari 350 kapal, China saat ini memiliki armada angkatan laut terbesar di dunia.
Dibandingkan dengan jumlah tersebut, AS hanya memiliki 296 kapal dan kapal selam.
Akan tetapi, selama ini China hanya memiliki satu pangkalan angkatan laut ekstrateritorial di Djibouti, Afrika Timur.
“Meskipun memiliki kekuatan yang mengesankan, tanpa jaringan infrastruktur yang kaya di wilayah ekstrateritorial, kemampuan untuk memanfaatkan kekuatan ini akan sangat berkurang sebanding dengan jarak geografis dari negara tersebut. China,” kata Andrew Erickson, direktur penelitian Institut Studi Maritim China di Naval War College, seperti dikutip ZonaJakarta.com dari Defence View.
Menurut informasi yang dipublikasikan media internasional baru-baru ini, tampaknya China telah mendanai Kamboja untuk membangun pangkalan angkatan laut di negara ini.
Pangkalan tersebut akan dibangun di bagian selatan Pangkalan Angkatan Laut Ream, dengan upacara peletakan batu pertama dijadwalkan minggu depan.
Pada 2019, The Wall Street Journal mengungkapkan perjanjian rahasia antara China dan Kamboja untuk mengizinkan pasukan China menggunakan pangkalan dan cadangan senjata di sini.
Namun pihak Kamboja membantah informasi tersebut.
Tanda tanya tentang keterlibatan China di Pangkalan Angkatan Laut Ream muncul lagi tahun lalu ketika citra satelit muncul yang menunjukkan dua bangunan sedang dibangun dengan cepat di lahan fasilitas tersebut.
Namun, The Post melaporkan bahwa seorang pejabat pemerintah China di Beijing telah mengkonfirmasi setidaknya sebagian dari pangkalan akan digunakan oleh China.
Meskipun ia menekankan bahwa pangkalan itu tidak akan digunakan sepenuhnya digunakan, serta dengan partisipasi para ilmuwan.
Pangkalan Angkatan Laut Ream juga bukan satu-satunya tempat China meningkatkan pengaruhnya.
Pada akhir tahun lalu, The Journal juga melaporkan bahwa Beijing telah mencapai kesepakatan rahasia dengan Uni Emirat Arab untuk membangun pelabuhan militer di dekat Abu Dhabi.
Dengan angkatan laut terbesar di dunia saat ini, masih sulit bagi China untuk memperluas pengaruhnya ke seluruh dunia, dengan kurangnya pangkalan logistik di luar negeri.
Hal ini membuat kemampuan kapal perang China untuk beroperasi di perairan jauh dari rumah menjadi sangat sulit, jika bukan tidak mungkin.
Sebagai informasi, akhir-akhir ini China berulah di Laut Natuna Utara.
China mengklaim mengatakan bahwa kawasan Laut Natuna Utara adalah satu bagian dari negaranya.
Dilansir ZonaJakarta.com dari Reuters, negara tetangga Indonesia, Filipina telah mengajukan protes atas ulah yang dilakukan China di Laut Natuna Utara.
Filipina mengungkap bahwa China telah melakukan kegitana ilegal di sekitar 200 mil zona ekonomi ekslusif miliknya.
Aktivitas maritim yang dilakukan China di Laut Natuna Utara kemduian menimbulkan protes dari Filipina.
Terhitung dalam minggu ini, Filipina telah mengajukan dua kali protes yang dikirim melalui Kementerian Luar Negeri.
Melalui protes yang diajukan, China disebut melakukan penangkapan ikan secara ilegal ketika kapal penjaga pantai Beijing mengikuti kapal Filipina.
"China tidak memiliki hak untuk menangkap ikan, memantau atau mengganggu kegiatan sah Filipina di dalam perairan itu," kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Filipina, sebagaimana dikutip ZonaJakarta.com dari Reuters.
Kelemahan armada Angkatan Laut China ini seharusnya bisa dimanfaatkan Indonesia untuk menyusun strategi jika sewaktu-waktu Tiongkok berulah di wilayah perairan Natuna Utara.
Klaim China didasarkan pada nine dash line (sembilan garis putus), yang mengatakan bahwa Luat Natuna masuk ke dalam teori itu.
China menyebut bahwa 90 persen dari laut yang seluar 3,5 juta kilometer persegi itu adalah miliknya sendiri.
Atas dasar keyakinan ini, China merasa dirinya punya hak untuk melakukan aktivitas di Laut Natuna.
Tentu saja yang merasa dirugikan adalah negara-negara di kawasan itu termasuk Indonesia yang memiliki hal Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) di Laut Natuna.
Negara-negara yang merasa berdaulat atas wilayah yang dilanggar Nine Dash-Line China pun merasa harus mempertahankan ZEE mereka.
Akibatnya, banyak terjadi konflik wilayah antara negara-negara tersebut dengan China.
Beberapa kejadian bentrokan China dengan negara-negara di Asian Tenggara, termasuk Indonesia.