Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berani Garansi Kemenangan NKRI, Pakar India Yakin Indonesia Kalahkan China di Natuna Utara: Mereka Cerdik!

 


ZONA JAKARTA - Tumpang tindih klaim Laut Natuna Utara oleh Indonesia dan China membuat kedua negara sering bersengketa di sana.

Kapal-kapal China bahkan sering kali menerobos laut Natuna Utara yang merupakan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

Tak cuma kapal-kapal nelayannya, Coast Guard China bahkan kerap melakukan prakrik tidak terpuji dengan nyelonong masuk ke Laut Natuna Utara Indonesia.

Terbaru, kapal penjaga pantai atau coast guard China kepergok juru radar KRI Imam Bonjol TNI AL.

Kapal coast guard China terpantau seenak jidat memasuki ZEE Indonesia di laut Natuna.




Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari akun Instagram resmi TNI AL @tni_angkatan_laut yang mengunggah sebuah video detik-detik pengusiran kapal coast guard China pada 3 Juni 2022.

Anjungan, juru radar melaporkan, kontak radar kapal coast guard China jarak 6 way 5 mil, baringan 080, posisi kapal mengapung," ujar juru radar KRI Imam Bonjol 383 TNI AL dalam video yang diunggah.

Tak lama anggota TNI AL lainnya memberikan peringatan kepada kapal coast guard China menggunakan bahasa Inggris untuk meninggalkan laut Natuna yang merupakan ZEE Indonesia.

"Dalam menjaga kedaulatan laut Nusantara, KRI Imam Bonjol 383 melaksanakan hailing contact terhadap kapal China Coast Guard Haijing 5202 dan Kingwu 5206 yang telah memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di perairan Laut Natuna.

Dalam komunikasi ini, personel KRI Imam Bonjol 383 meminta kapal Chinacoast guard tersebut untuk segera meninggalkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia," ujar narator dalam video yang diunggah TNI AL.

Dikutip Zonajakarta.com dari BBC, Indonesia mengambil langkah berani pada tahun 2017 lalu dengan  mengganti nama zona ekonomi eksklusif di bagian utara Kepulauan Natuna menjadi Laut Natuna Utara, beberapa di antaranya berada dalam sembilan garis putus-putus yang diklam oleh China, yang dianggap sebagai niat untuk menantang Klaim kedaulatan Tiongkok di Laut Cina Selatan.

Media China, 163.com dalam artikelnya terbiatan 12 September 2019 merasa heran dengan langkah Indonesia yang mengganti nama Laut China Selatan.

"Indonesia baru-baru ini mengganti nama zona ekonomi eksklusif yang terletak di bagian Laut Cina Selatan sebagai 'Laut Natuna Utara',"

Langkah berani Indonesia itu bahkan dianggap berbanding terbalik dengan negara-negara lain yang mulai tunduk pada China.

Sikap Indonesia yang berkembang di kawasan itu—termasuk rencana untuk membangun persenjataannya di Kepulauan Natuna yang bertetangga dan mengerahkan kapal perang angkatan laut—datang ketika klaim teritorial luas negara-negara lain terhadap China di Laut China Selatan berubah menjadi lebih tunduk," tulis 163.com.

"Sumber asing mengatakan bahwa China telah meminta Indonesia untuk membatalkan nama tersebut. Namun, pemerintah Indonesia mengatakan bahwa ini adalah wilayah Indonesia dan Indonesia berhak melakukannya," tulis 163.com.

Terkait penamaan Laut Natuna Utara, Menteri Kelautan dan Perikanan RI Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa Indonesia berhak mengambil keputusan ini.

Laut Natuna Utara terletak di dalam wilayah Indonesia, bukan terletak di Laut Cina Selatan, Indonesia berhak mengganti nama perairan ini, Laut Natuna Utara menjadi bahasa Indonesia.

Sebagai tanggapan, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang menanggapi pada 14 Juli: Saya tidak memiliki situasi spesifik yang Anda sebutkan.

Tapi yang ingin saya tekankan adalah, sejak lama, Laut China Selatan, termasuk nama tempat standar bahasa Inggrisnya Laut China Selatan, telah digunakan sebagai nama entitas geografis internasional, cakupan geografisnya jelas, dan sudah lama digunakan, diakui dan diterima secara luas oleh masyarakat internasional, termasuk PBB.

Perubahan nama yang disebut tidak ada artinya dan tidak kondusif bagi upaya standarisasi nama geografis internasional.

Diharapkan negara-negara terkait akan bertemu dengan China di tengah jalan dan bersama-sama mempertahankan situasi baik yang diperoleh dengan susah payah dalam situasi Laut China Selatan saat ini," tulis 163.com dalam artikelnya.

Meski laut Natuna Utara jadi rebutan Indonesia dan China, namun pakar India justru berani garansi kemenangan NKRI dalam sengketa tersebut.

Pengamat Asia Tenggara Prof.Baladas Ghoshal yang dari Universitas Jawaharlal Nehru India mengatakan China tak punya kesempatan lagi bila Indonesia condong ke AS.

Apalagi bantuan AS ke Indonesia jelas merupakan penebalan kekuatan setidaknya di Natuna Utara.

Indonesia pada Mei 2020 mengirim surat kepada PBB yang menolak klaim historis Beijing di laut yang ditunjukkan dengan peta sembilan garisnya," ujar Baladas dikutip dari indianarrative.com.

Ia melihat Presiden Jokowi tak ingin membuat Indonesia berpihak ke China atau AS.

Tapi menjaga keutuhan wilayah Indonesia dari ronrongan asing ialah harga mutlak.

Maka dari itu Indonesia menggandeng pula Rusia dan Inggris untuk melakukan pengeboran minyak bersama di Natuna Utara.

"Indonesia tidak ingin memihak antara dua kekuatan saingan meskipun semua intimidasi China. Dan dia mengadopsi strategi cerdik di Inggris dan Rusia untuk menghadapi tekanan China. Jakarta mencari dukungan dari konsorsium Harbour Energy Inggris dan perusahaan minyak negara Rusia Zarubezhneft," ujar Baladas.

Taktik jitu nan cerdik Indonesia ini rupanya berpengaruh besar kepada posisi Indonesia di Natuna.

Indonesia juga menginisiasi pertemuan enam negara ASEAN yang dilaksanakan pada Februari 2022.

Pertemuan tersebut untuk membahas klaim Nine Dash Line China.

Baladas berani bertaruh bahwa Indonesia akan meraih kemenangan besar atas China di Natuna Utara dengan usaha-usaha cerdiknya di atas.

"Indonesia mengklaim keberhasilan dalam usaha mereka, yang oleh beberapa analis disebut sebagai kemenangan besar atas China," tegasnya.