Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah Lokasi Ayu dan Bima dalam Film KKN di Desa Penari Melakukan Hubungan Terlarang Versi Kepala Desa Bayu!

 


Sosok Ayu dan Bima dalam Film KKN di Desa Penari mendapat banyak sorotan.

Terutama karena hubungan terlarang yang mereka lakukan di Desa Penari. Yang kemudian menyebabkan keduanya meninggal secara misterius.

Ada yang menyebutkan bahwa roh Ayu dan Bima diperbudak oleh siluman ular Badarawuhi.

Disebutkan juga karena sosok Bima mengambil mahkota yang diberikan oleh Badarahuwi dengan maksud ingin melakukan pelet kepada Widya.

Yang pasti, melakukan hubungan terlarang ataupun mengambil sesuatu benda di tempat keramat merupakan perilaku yang dilarang, dan biasanya akan berdampak langsung pada yang bersangkutan.

Dikutip dari chanel youtube SANG EXPLORE Kepala Desa Bayu Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi Sugito menyatakan di desanya pernah ada ada 11 orang kkn di Desa Bayu.

Menurut Sugito, yang namanya KKN tentu didahului dengan mencari informasi di sebuah dusun.

Disnikan ada 7 dusun, yaitu Dusun Pelantaran, Dusun Kentangan, Dusun Tegalrejo, Busun Bayurejo, dusun Bumisari, Dusun Bayu Lor, Dusun Sambungrejo," ungkap Sugito.

Mahasiswa KKN yang 11 orang tersebut menurutnya ingin mengetahui wana wisata Rowo Bayu.
Karena pada waktu itu satu-satunya wisata yang ada disana adalah Rowo Bayu.Kemudian mereka datanglah ke Rowo Bayu.

Sepulang dari Rowo Bayu inilah dua mahasiswa yang sedang KKN kemudian mengalami sakit misterius.

Salah satu mahasiswa bercerita bahwa dua mahasiswa yang sakit tadi itu berpisah dari kelompok. Dua mahasiswa itu seorang laki-laki dan perempuan.

Yang laki-laki dan perempuan masuk ke hutan. Di dalam hutan itu, mereka sampailah ke Darungan (kongsi dalam bahasa belanda/sekarang perumahan).

Dari perkebunan Bayu Lor ada beberapa kongsi, salah satunya kongsi Darungan," terang Sugito.

Namun, kongsi Darungan sejak tahun 2000 sampai tahun 2009 itu sudah kosong dan tidak berpenghuni. Bangunan seperti bangunan tidak terawat.

Hal itu dikarenakan perkebunannya mengurangi tenaga kerja. Sehingga kongsi yang darungan dijadikan satu ke kongsi Tlepak.

Mahasiswa yang dua itu sampai kesana, dan informasi dari temannya sampai melakukan hubungan asusila disana," imbuhnya.

Sepulang dari tempat tersebut (kongsi di Darungan) menuju ke Rowo Bayu, mereka disuruh mampir oleh orang tua.

Di dalamnya rumah si orang tua tersebut diceritakan seperti istana. Banyak makanan dan juga banyak tari-tarian.

Menurut Sugito, jarak tempuh dari Darungan ke Rowo Bayu adalah sejauh 2 km.

Mahasiswa yang kemudian mengalami sakit itu yang bercerita. Bahwa disana ada makanan yang sangat banyak dan bermacam-macam.

Kemudian dua mahasiswa tersebut berpamitan untuk pulang, mereka diberi makanan dan dibungkuslah makanan tersebut dengan koran dan selanjutnya dimasukkan ke ransel mereka.

Setelah bertemu teman-temannya di Rowo Bayu, kedua mahasiswa tersebut bercerita kepada teman-temannya bahwa mereka bertemu orang tua dan disuruh mampir serta disuguhi banyak makanan.

Termasuk makanan yang dibungkus untuk mereka untuk jadikan oleh-oleh.

Teman-teman mereka ingin mengetahui makanan yag dimaksud. Kemudian Ransel itu dibuka, makanan yang semula dibungkus dengan koran itu kemudian berubah menjadi
dibungkus daun pisang.

Setelah dibuka bungkus dari daun pisang, ternyata makanan tadi berupa kepala kera. Kedua mahasiswa itu pun kaget. Karena yang mereka lihat sebelumnya adalah makanan.

Dan teman-temannya menanyakan. Jangan-jangan mereka diberi makan oleh ini (semacam mahluk ghaib penunggu daerah sana)," ujar Sugito.

Kedua mahasiswa itu pun kemudian pingsan dan dibawa ke Balai Desa.

Mereka kemudian mengalami sakit yang aneh, yaitu seperti kejang-kejang. Selama tiga hari teman-teman mereka dan orang di desa mencoba mencari obat dan juga dukun, ternyata tidak berhasil.

Akhirnya mahasiswa tersebut dibawa pulang. Dan menurut cerita setelah tiga bulan dari kejadian tersebut. Mereka pun meninggal dunia.***