Ibu Lumpuh Ditelantarkan Anaknya, Menangis Pilu Saat Digendong ke Panti Jompo
Pilu, Seorang ibu harus menghabiskan masa tuanya di panti jompo.
Hal tersebut lantaran anak-anaknya tak mau merawat.
Ia ditelantar oleh empatnya di sebuah kontrakan dengan kondisi lumpuh.
Kini ia terpaksa dibawa ke panti jompo.
Siti Hendrawati (65) tidak bisa membendung tangisnya saat dibawa anaknya ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 pada Jumat (7/8/2022) sore.
Dia hanya diam ketika putranya menggendong tubuh rentanya yang sudah tidak mampu berjalan ke mobil dinas Kelurahan Pisangan Baru, Kecamatan Matraman.
Siti dibawa ke panti sosial milik Dinas Sosial DKI Jakarta setelah keempat anaknya menyatakan tidak mau mengurus sang ibu dengan alasan motif ekonomi dan hal lainnya.
Sementara tiga anak Siti yang lain bahkan tidak menunjukkan batang hidung ketika jajaran Satpel Sosial Kecamatan Matraman, Jakarta Timur datang menjemput Siti.
Kasatpel Sosial Kecamatan Matraman, Nur Azizah mengatakan penjemputan Siti dilakukan setelah pihaknya mendapat laporan seorang ibu korban penelantaran di RT 14/RW 13 Pisangan Baru.
"Hari ini langsung dibawa. Nanti ketika tiba di panti akan dilakukan anamnesa (pemeriksaan medis) terlebih dulu," kata Nur di Matraman, Jakarta Timur, Jumat (8/7/2022).
Bila mengacu definisi orang terlantar digunakan Dinas Sosial DKI Jakarta, Siti sebenarnya bukan termasuk kategori karena masih memiliki keempat anak dan sanak saudara.
Tapi anak Siti sudah menyatakan tidak bisa merawat Siti, hal ini yang membuat Satpel Sosial Kecamatan Matraman akhirnya membawa korban ke Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3.
"Karena memang ditelentarkan oleh anak kita mengikuti SOP panti. Ketika ada anggota keluarga yang dititipkan ada persyaratan, harus ada permohonan, melampirkan KTP, KK," ujarnya.
Kemudian BPJS Kesehatan jika ada, keterangan kunjungan dilakukan Satpel Sosial, serta pernyataan dari pihak keluarga bahwa Siti akan diserahkan ke Panti Sosial.
Seluruh persyaratan administrasi ini memang belum dipenuhi anak Siti, tapi Nur menuturkan karena pertimbangan kondisi Siti pihaknya lebih dulu membawa korban ke panti sosial.
"Mekanisme prosedur surat menyusul, sambil berjalan. Karena memang ketiga anaknya meninggalkan begitu saja. Sementara anaknya yang satu ada tapi menurut dia sulit ekonomi," tuturnya.
Kata Ketua RT.
Seperti diberitakan TribunnewsMaker.com, Ketua RT 14/RW 13, Kelurahan Pisangan Baru, Elly Sulistiyowati mengatakan pertama mengetahui kejadian setelah mendapat laporan warga pada Jumat (8/7/2022).
"Pas tahu langsung saya panggil anaknya, saya tanya kok bisa menelantarkan orang tua.
Enggak kasihan memang, saya bilang," kata Elly di Jakarta Timur, Jumat (8/7/2022).
Saat dilaporkan Siti dalam keadaan terlantar depan satu unit kontrakan warganya yang masih memiliki hubungan kerabat dengan satu orang anak laki-laki korban.
Merujuk keterangan satu anak Siti, Elly menyebut keempat anak korban sudah tidak lagi mau mengurus Siti karena alasan motif ekonomi.
Keempat anak sudah tidak mampui membiayai hidup sang ibu.
Padahal berdasar keterangan warga, anak-anak Siti telah mendapat warisan dari mendiang ayahnya.
Beberapa tahun silam sewaktu suami Siti meninggal, rumah yang berada di Kelurahan Pisangan Baru dijual lalu hasilnya dibagi ke keempat anaknya.
"Saya sudah menasihati kita namanya anak sesusah-susahnya hidup Insya Allah kalau kita menolong orang tua pasti ada rezeki.
Tapi tetap, saya sampai enggak bisa bicara lagi," ujar Elly.
Elly menuturkan tidak mampu berkata-kata lagi karena tiga anak Siti lainnya saja bahkan tidak menunjukkan batang hidung, hal ini pun sempat membuat warga sekitar emosi.
Beruntung emosi warga terhadap satu anak Siti yang mengaku tidak sanggup mengurus korban berhasil diredam anggota Bhabinkamtibmas dan Satpol PP Kelurahan Pisangan Baru.
Bersama jajaran Satpel Sosial Kecamatan Matraman, Sudin Sosial Jakarta Timur mereka menemui satu anak Siti sekaligus mengecek kondisi korban yang sudah tidak berdaya.
"Sudah ada laporan juga ke LMK (Lembaga Musyawarah Kelurahan)," tuturnya.
Menjalani bulan Ramadhan hingga Idul Fitri bersama keluarga dan orang terkasih merupakan dambaan banyak orang.
Namun, hal itu tidak bisa dirasakan oleh pria tua malang berikut ini.
Dia sudah lama menjalani Ramadhan hingga Idul Fitri tanpa keluarga karena tinggal di panti jompo.
Dikutip dari Oh My Media, menurut pria bernama Abd. Ruahman Talib itu, ini merupakan kali ke-12 ia menjalani Bulan Suci di Rumah Sejahtera Batu Bertangkap sejak Januari 2010.
Jelas, ia mengaku merindukan suasana menjalani Ramadhan dan merayakan Idul Fitri bersama keluarga.
Namun pria yang akrab disapa Pak Man itu harus tunduk pada takdir yang telah ditetapkan dalam hidupnya.
Pak Man menambahkan, pengalaman 12 tahun membuatnya terbiasa merayakan Idul Fitri di panti jompo, meski tanpa dua orang anak di sisinya.
Ceritanya, sekitar tahun 2010 lalu, dia tinggal di rumah anaknya sebelum diusir sehingga menyebabkan dia tidak tahu arah.
Setelah itu, dia dirawat di rumah sakit karena masalah jantung, tetapi diselamatkan oleh Departemen Kesejahteraan Sosial (JKM) dan dibawa ke panti jompo.
Selain itu, Pak Man menganggap pengalaman merayakan Idul Fitri selama 12 tahun di sana sebagai balasan dari Allah SWT atas apa yang menimpa ibunya dulu.
Ibunya enggan tinggal dengan Pak Man setelah kecewa dan patah hati dengan tindakan mantan istrinya.
Mantan istri Pak Man saat itu mengusir mertuanya sehingga harus tinggal di panti jompo.
“Saya menganggap kisah hidup ini seperti roda yang berputar karena ibu saya juga tinggal di tempat yang sama (panti jompo) sebelum menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sejahtera Tun Dr. Hasmah, Jejawi,” ujar Pakman.