Satu istri digilir 5 suami setiap malam seperti piala bergilir: Anak-anak di Nepal punya ayah lebih dari satu
Jika bicara tradisi pernikahan di dunia ini memiliki keragaman cara, aneh, unik dan nyata adanya hingga saat ini. Tapi, tradisi pernikahan yang satu begitu nyeleneh tidak sesuai dengan peradaban saat ini.
Tradisi pernikahan sudah menjadi bagian kehidupan diseluruh lapisan dunia saat ini. Meski, saat ini zaman semakin modern namun tradisi yang menjadi warisan dari leluhur tetap dijalani saat ini.
Melansir kanal YouTube Ruang Pengetahuan mencerita tradisi pernikahan nyeleneh di Nepal dimana satu istri memiliki suami 5. Penasaran? Yuk! Simak ceritanya....
Pernikahan di Nepal seperti kisah Drupadi dengan pandawa lima.
Pernikahan ini bak kisah Drupadi yang bersuamikan 5 ksatria Pandawa mungkin salah satu kisah paling terkenal yang mengangkat isu Poliandri.
Kala itu, Drupadi menginginkan didekatkan jodohnya oleh Tuhan, maka ia terus menerus berdoa.
Di dunia nyata, kisah Drupadi ada dan benar-benar terjadi di negara berikut ini. Di desa Himalaya yang berada di Tibet, India, dan Nepal, wanita yang bersuamikan lebih dari satu orang disebut sebagai tradisi.
Poliandri di Nepal sering dilakukan, sementara poligami sendiri justru dilarang sejak tahun 1963. Orang-orang di daerah Humla, Dolpa, dan Kosi, Nepal, justru lebih mementingkan tradisi.
Daripada hukum yang berjalan di dunia. Karena tradisi yang berjalan dari nenek moyang orang-orang di Nepal tersebutlah, mereka tetap menjalani yang namanya poliandri hingga kini.
Nepal penganut poliandri satu istri banyak suami

Apabila hampir semua anak-anak kecil di Nepal ini memiliki ayah lebih dari satu, karena mereka akan memanggil ayah pula kepada suami kedua dan ketiga sang ibu.
Tradisi poliandri di Nepal turun menurun sampai saat ini.
Kisah ini mungkin bisa menjadi sedikit gambaran tentang tradisi poliandri di wilayah tersebut.
Seperti seorang remaja putri bernama Tashi Sangmo, 17 tahun.
Pada umur 14 tahun dia sudah dinikahkan dengan tetangganya.
Sebagai bagian dari pernikahan itu, Sangmo juga setuju untuk menikah dengan adik lelaki suaminya.
Pada masa lalu, anak-anak lelaki dari setiap keluarga di wilayah Upper Dolpa menikahi satu perempuan.
Namun, kini praktik poliandri itu mulai terkikis sebab masyarakat di sana mulai terbuka pada kehidupan yang modern.
Kini praktik yang sudah berlangsung seabad itu bertahan hanya di desa-desa terpencil di Himalaya.
"Segala sesuatu lebih mudah dengan cara seperti ini karena semuanya berada dalam satu keluarga,"
"(Harta) tidak dibagi di antara banyak istri dan di sini saya yang bertanggung jawab," kata Sangmo.
"Dua lelaki kakak beradik pulang membawa uang dan sayalah yang memutuskan bagaimana menggunakannya."
Ketika Sangmo menikah dengan Mingmar Lama 14 tahun lalu, sudah disepakati bahwa adik Mingmar, yang waktu itu berumur 14 tahun, bakal masuk dalam kehidupan rumah tangga mereka.
Di dalam rumah tangga mereka, lahir tiga anak lelaki, masing-masing berusia delapan, enam, dan empat tahun.
"Saya ingin berbagi ikatan ini dengan adik karena kehidupan menjadi lebih mudah bagi kami berdua," kata Pasang (25), di rumah keluarga mereka di Desa Simen, yang terletak di ketinggian 4.000 di atas permukaan laut dan diperlukan waktu lima hari berjalan kaki ke kota terdekat.
Secara tradisional, warga Upper Dolpa merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang membuka jalan antara Nepal dan Tibet.
Saat ini mereka masih mengikuti tradisi menggiring yak yang membawa garam dari Tibet dan beras dari dataran Terai.***