Istri-minta-jatah-bercinta-9-kali-berujung-suami-gugat-cerai
"Jadi memang betul itu kasus yang saya tangani. Kalau dilihat dari latar belakangnya salah satu pemicunya itu istrinya hiperseksual. Kemudian dari situlah muncul pertengkaran. Nah, yang dijadikan materi perceraian adalah pertengkarannya, bukan hubungan seksualnya, karena itu sangat pribadi," kata Hufron saat dihubungi detikcom, Sabtu.
Dijelaskan Hufron, pasutri tersebut masih berusia kurang dari 30 tahun. Usia pernikahannya juga kurang dari setahun. Selama menjalani kehidupan rumah tangga, frekuensi kehidupan seksual sang istri lebih mendominasi dan selalu meminta dilayani hasrat seksualnya berulang kali dalam sehari.
Kalau pasangan suami-istri baru, memang biasanya frekuensi memang masih tinggi. Istilahnya kalau orang Jawa itu 'jik kemaruk'. Nah, kalau frekuensi berlebihan, ini menjadi persoalan lain. Tapi waktu itu saya tidak mendetail menanyakan masalah seksualnya, lebih pada pertengkarannya. Hanya (hubungan seksual) itu saja latar belakangnya" jelas Hufron.
Menurut Hufron, pengajuan perceraian tersebut berjalan dengan lancar. Majelis hakim Pengadilan Agama Tulungagung memutus pasutri tersebut sah bercerai.
Menurut salah seorang psikolog asal Tulungagung Ifada Nur Rohmania, hubungan seksual yang tidak terkontrol pada seorang perempuan disebut Nymphomania. Namun sang perempuan sangat dimungkinkan tidak menikmati hubungan tersebut.
"Sangat dimungkinkan justru tidak menikmati hubungan seksual itu sendiri, karena bisa akibat depresi, masalah karir, percintaan yang gagal, dan sebagainya," kata Ifada Dijelaskan Ifada, persoalan hiperseksualitas biasanya disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah bentuk dari pelarian sebuah persoalan yang bersumber oedipal yang tidak teratasi.
Kebutuhan untuk membuktikan derajat maskulinitas dan feminitas bahkan kebutuhan untuk mendapatkan kasih sayang dengan hubungan intim," jelas Ifada.
Di sisi lain persoalan hiperseksualitas pada perempuan juga bisa diakibatkan oleh aktivitas masturbasi, kebiasaan menonton konten pornografi, hingga seks berbayar atau hubungan seks dengan banyak pasangan.
"Nymphomania bisa dilakukan therapy seperti CBT (cognitive Behavioral Therapy) ,ACT (Acceptance and Commitment Therapy) serta intervensi medis obat - obatan," tandas Ifada.