KABAR TERBARU Prada Yotam Bugiangge yang Membelot ke KKB Papua Ndugama, Ini Modus dan Sosoknya
Inilah sosok Prada Yotam Bugiangge, eks prajurit TNI yang berkhianat dan dipastikan bergabung ke KKB Papua di wilayah Ndugama.
Prada Yotam Bugiangge berasal dari Papua. Prada Yotam lahir pada 24 Mei 1999 di Gunia, Kabupaten Nduga, Papua.
Sebelum melarikan diri sembari membawa satu senjata SS-2 V1, dia menelpon seseorang saat giliran jaga.
Sebelum melarikan diri, dia bertugas di satuan Kompi-C Yonif 756/WMS.
Hingga kini, keberadaan Prada Yotam belum terungkap.
Jenderal Andika Perkasa juga telah memerintahkan jajarannya untuk memberikan hukuman kepada pihak yang membantu Prada Yotam kabur.
Kabar terbaru kepastian Prada Yotam Bugiangge gabung KKB Papua didapatkan oleh reporter Tribun Papua dari berbagai sumber.
Pencarian terhadap Yotam tak hanya melibatkan Satuan Kewilayajan dan Satgas TNI, namun juga kerabat dan keluarga dari yang bersangkutan.
Sebelumnya, sejak menghilang, foto Prada Yotam disebar oleh Kodam XVII/Cenderawasih.
Melansir dari ANTARA, Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih Kolonel Inf Aqsha Erlangga menyebutkan foto Prada Yotam Bugiangge yang melarikan dari kesatuan tanpa keterangan telah disebarluaskan untuk membantu mempermudah pencarian.
Prada Yotam Bugiangge dengan membawa satu pucuk senjata jenis SS-2 V1 dari kesatuannya di Kompi C Yonif 756/WMS, Kabupaten Keerom, Papua," ungkap Kapendam dalam keterangannya, Senin.
Kapendam mengatakan kejadian larinya Prada Yotam dari kesatuan diawali saat yang bersangkutan akan melaksanakan tugas jaga bersama rekan-rekan lainnya.
"Saat persiapan tugas jaga, tiba-tiba Prada Yotam Bugiangge berjalan menuju arah belakang tempat jaga sambil menelepon seseorang.
Kemudian menjelang proses serah terima ternyata Prada Yotam tidak hadir sehingga dilakukan pencarian oleh rekan-rekannya," katanya.
Pencarian Prada Yotam, menurut Kapendam, dimulai dari dalam asrama hingga lingkungan sekitarnya dan hanya menemukan pakaian dan sepatu yang dipakai Prada Yotam di semak-semak belakang asrama.
Kemudian, kata Kapendam, pencarian dilanjutkan dengan menghubungi kerabat dan keluarga Prada Yotam.
"Telah dilakukan koordinasi dengan satuan kewilayahan dan Satgas TNI untuk melakukan pencarian di sekitar wilayah di mana yang bersangkutan diduga melarikan diri dari kesatuan Kompi C Yonif 756/WMS," ujarnya.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa juga memerintahkan seluruh penyidik dan aparat hukum TNI AD dan TNI, melakukan proses hukum terhadap Prada Yotam Bugiangge.
Selain itu mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini juga meminta semua pihak yang membantu Prada Yotam kabur membawa sepucuk senjata SS2 V1 diproses hukum.
Kapuspen TNI Mayjen Prantara Santosa membenarkan Prada Yotam meninggalkan dinas tanpa izin dengan membawa sepucuk senjata api organik jenis SS2 V1, Jumat (17/12/2021) pukul 17.00 WIT.
"Tindakan oknum anggota TNI AD ini telah melanggar beberapa pasal KUHPM, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1948 dan Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang senjata api," kata Prantara dalam keterangan resmi Puspen TNI dikutip dari warta kota, Selasa (21/12/2021).
Sejumlah prajurit TNI berkhianat.
Sebelum Prada Yotam, sejumlah prajurit TNI juga pernah ada yang membelot ke KKB Papua.
Di antaranya, Pratu Lukius. Dia merupakan mantan prajurit Raider 400 di bawah naungan Kodam IV/Diponegoro.
Pratu Lukius membelot ke KKB Papua sejak Februari 2021.
Identitas asli Pratu Lukius didapatkan dari keterangan dari Jenderal Andika Perkasa dalam konferensi pers di Markas Pomdam Jaya Jakarta, Selasa (20/4/2021).
Saat itu Jenderal Andika Perkasa masih menjabat sebagai kepala staf Angkatan Darat.
Nama asli dari Pratu Lukius adalah Lucky Y Matuan.
Pratu Lukius disebut masih berusia 24 tahun, lahir dan besar di Kota Wamena, Papua.
Ia diterima menjadi prajurit TNI AD pada tahun 2015 silam.
Pratu Lukius meninggalkan pos jaganya.
Tidak diketahui secara pasti motivasi atau landasan apa yang membuat Pratu Lukius membelot.
Meski begitu, Jenderal Andika Perkasa menyebut hal seperti ini bukan jadi yang pertama.
Ia menegaskan bahwa prajurit yang lari atau meninggalkan dinas dan tidak kembali cukup sering.
Motivasi mereka pun bermacam-macam.
Mulai dari masalah utang piutang hingga masalah susila.
Tidak hanya itu, pada pelaku tersebut juga berasal dari etnis dan daerah yang berbeda-beda.
Untuk itu ia menegaskan kasus tersebut tidak ada kaitannya dengan prajurit TNI AD asal daerah tertentu.
Jadi kami tidak akan langsung mengambil kesimpulan bahwa ini ada hubungannya dengan putra daerah sama sekali tidak. Tapi itu selalu kita ingatkan, yang jelas tidak ada yang tidak kami proses secara hukum. Mereka yang melakukan tindak pidana yang harus mempertanggungjawabkan," kata Andika.
Ada juga Senat Soll.
Dia merupakan pecatan TNI berpangkat Prada.
Ketika membelot ke KKB Papua, Senat Soll melakukan sejumlah kejahatan.